MAKALAH PAI
KEMULIAAN DAN KEUTAMAAN AISYAH
( untuk memenuhi tugas
PAI )
Kelas : XII Mipa 3
Kelompok 4 :
Ade
Lian Lestari (1)
|
Annisa
Nabillah (3)
|
Dikry
Ikhwanuddin (7)
|
Iqbal
Fauzi (15)
|
M
Maulana Sidiq (16)
|
Moch
. Fiqri Candra S.R (19)
|
Rahma
Sari Natasya (25)
|
Siti
Nurasyiah Nisa (33)
|
SMA NEGERI 5 TASIKMALAYA
Jl. Tentara Pelajar
No. 58 Tlp. (0265) 322 502 Kota Tasikmalaya 46113
A.
NAma Dan Nasab
Aisyah Abu Bakar ash-shiddiq bin Abu Quhafah Utsman bin ‘Amir bin
‘umar bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Fahr bin
Malik. Ibunda beliau bernama Ummu Rumman binti ‘Amir bin ‘Uwaimir bin Abd Syams
bin Itab bin Adzinah bin Sabi’ bin Wahban bin Harist bin Ghanam bin Malik bin
Kinanah.
B.
KEMULIAAN DAN KEUTAMAAN AISYAH
Besliau adalah Ummul Mukminin Ummu
Abdillah Aisyah binti Abu Bakr, Shiddiqah binti Shiddiqul Akbar, istri
tercinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau lahir
empat tahun setelah diangkatnya Muhammad menjadi seorang Nabi. Ibu beliau
bernama Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Abdi Syams bin Kinanah yang
meninggal dunia pada waktu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masih
hidup yaitu tepatnya pada tahun ke-6 H.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Aisyah dua tahun sebelum hijrah melalui sebuah ikatan suci yang mengukuhkan gelar Aisyah menjadi ummul mukminin, tatkala itu Aisyah masih berumur enam tahun. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membangun rumah tangga dengannya setelah berhijrah, tepatnya pada bulan Syawwal tahun ke-2 Hijriah dan ia sudah berumur sembilan tahun. Aisyah menceritakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahiku pasca meninggalnya Khadijah sedang aku masih berumur enam tahun, dan aku dipertemukan dengan Beliau tatkala aku berumur sembilan tahun. Para wanita datang kepadaku padahal aku sedang asyik bermain ayunan dan rambutku terurai panjang, lalu mereka menghiasiku dan mempertemukan aku dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Lihat Abu Dawud: 9435). Kemudian biduk rumah tangga itu berlangsung dalam suka dan duka selama 8 tahun 5 bulan, hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia pada tahun 11 H. Sedang Aisyah baru berumur 18 tahun.
Aisyah adalah seorang wanita berparas cantik berkulit
putih, sebab itulah ia sering dipanggil dengan “Humaira”. Selain cantik,
ia juga dikenal sebagai seorang wanita cerdas yang Allah Subhanahu wa
Ta’ala telah mempersiapkannya untuk menjaid pendamping
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mengemban
amanah risalah yang akan menjadi penyejuk mata dan pelipur lara bagi diri
beliau. Suatu hari Jibril memperlihatkan (kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam) gambar Aisyah pada secarik kain sutra berwarna hijau
sembari mengatakan, “Ia adalah calon istrimu kelak, di dunia dan di akhirat.”
(HR. At-Tirmidzi (3880), lihat Shahih Sunan at-Tirmidzi (3041).
Selain menjadi seorang pendamping setiap yang selalu
siap memberi dorongan dan motivasi kepada suami tercinta di tengah beratnya
medan dakwah dan permusuhan dari kaumnya, Aisyah juga tampil menjadi seorang
penuntut ilmu yang senantiasa belajar dalam madrasah nubuwwah di mana beliau
menimba ilmu langsung dari sumbernya. Beliau tercatat termasuk orang yang
banyak meriwayatkan hadits dan memiliki keunggulan dalam berbagai cabang ilmu
di antaranya ilmu fikih, kesehatan, dan syair Arab. Setidaknya sebanyak 1.210
hadits yang beliau riwayatkan telah disepakati oleh Imam Bukhari dan Muslim dan
174 hadits yang hanya diriwayatkan oleh Imam Bukhari serta 54 hadits yang hanya
diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sehingga pembesar para sahabat kibar tatkala
mereka mendapatkan permasalahan mereka datang dan merujuk kepada Ibunda Aisyah.
C.
KEDUDUKAN AISYAH DI SISI RASULULLAH
Suatu hari orang-orang Habasyah masuk masjid dan
menunjukkan atraksi permainan di dalam masjid, lalu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam memanggil Aisyah, “Wahai Humaira, apakah engkau mau
melihat mereka?” Aisyah menjawab, “Iya.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam berdiri di depan pintu, lalu aku datang dan aku letakkan
daguku pada pundak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
aku tempelkan wajahku pada pipi beliau.” Lalu ia mengatakan, “Di antara
perkataan mereka tatkala itu adalah, ‘Abul Qasim adalah seorang yang baik’.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
“Apakah sudah cukup wahai Aisyah?” Ia menjawab: “Jangan terburu-buru wahai
Rasulullah.” Maka beliau pun tetap berdiri. Lalu Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mengulangi lagi pertanyaannya, “Apakah sudah cukup
wahai Aisyah?” Namun, Aisyah tetap menjawab, “Jangan terburu-buru wahai
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Aisyah mengatakan,
“Sebenarnya bukan karena aku senang melihat permainan mereka, tetapi aku hanya
ingin memperlihatkan kepada para wanita bagaimana kedudukan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam terhadapku dan kedudukanku terhadapnya.” (HR.
An-Nasa’i (5/307), lihat Ash Shahihah (3277).
Related : Pengertian khiyar
D. CANDA NABI KEPADA AISYAH
Aisyah bercerita, “Suatu waktu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam datang untuk menemuiku sedang aku tengah
bermain-main dengan gadis-gadis kecil.” Lalu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bertanya kepadaku, “Apa ini wahai Aisyah.” Lalu aku
katakan, “Itu adalah kuda Nabi Sulaiman yang memiliki sayap.” Maka Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pun tertawa. (HR. Ibnu Sa’ad dalam Thabaqat (8/68),
lihat Shahih Ibnu Hibban (13/174).
Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berlomba lari dengan Aisyah dan Aisyah menang. Aisyah
bercerita, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berlari dan
mendahuluiku (namun aku mengejarnya) hingga aku mendahuluinya. Tetapi, tatkala
badanku gemuk, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak
lomba lari lagi namun beliau mendahului, kemudian beliau mengatakan, “Wahai
Aisyah, ini adalah balasan atas kekalahanku yang dahulu’.” (HR. Thabrani
dalam Mu’jamul Kabir 23/47), lihat Al-Misykah (2.238).
E.
KEUTAMAAN-KEUTAMAAN AISYAH
Banyak sekali keutamaan yang dimiliki oleh Ibunda
Aisyah, sampai-sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
mengatakan dalam sabdanya:
“Orang yang mulia dari kalangan laki-laki banyak,
namun yang mulia dari kalangan wanita hanyalah Maryam binti Imron dan Asiyah
istri Fir’aun, dan keutamaan Aisyah atas semua wanita sepeerti keutamaan tsarid
atas segala makanan.” (HR. Bukhari (5/2067) dan Muslim (2431).
F. Beberapa
Kemuliaan diantaranya :
Pertama: Beliau
adalah satu-satunya istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
dinikahi tatkala gadis, berbeda dengan istri-istri Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam yang lain karena mereka dinikahi tatkala janda.
Aisyah sendiri pernah mengatakan, “Aku telah diberi
sembilan perkara yang tidak diberikan kepada seorang pun setelah Maryam. Jibril
telah menunjukkan gambarku tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam diperintah untuk menikahiku, beliau menikahiku tatkala aku
masih gadis dan tidaklah beliau menikahi seorang gadis kecuali diriku, beliau
meninggal dunia sedang kepalanya berada dalam dekapanku serta beliau dikuburkan
di rumahku, para malaikat menaungi rumahku, Al-Quran turun sedang aku dan
beliau berada dalam satu selimut, aku adalah putri kekasih dan sahabat
terdekatnhya, pembelaan kesucianku turun dari atas langit, aku dilhairkan dari
dua orang tua yang baik, aku dijanjikan dengna ampunan dan rezeki yang mulia.”
(Lihat al-Hujjah Fi Bayan Mahajjah (2/398).
Kedua: Beliau adalah orang yang paling dicintai oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari kalangan wanita.
Suatu ketika Amr bin al-Ash bertanya kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah,
siapakah manusia yang paling engkau cintai?” Beliau menjawab, “Aisyah.” “Dari
kalangan laki-laki?” tanya Amr. Beliau menjawab, “Bapaknya.” (HR. Bukhari
(3662) dan Muslim (2384).
Maka pantaskah kita membenci apalagi mencela orang
yang paling dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?!!
Mencela Aisyah berarti mencela, menyakiti hati, dan mencoreng kehormatan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Na’udzubillah.
Ketiga: Aisyah
adalah wanita yang paling alim daripada wanita lainnya.
Berkata az-Zuhri, “Apabila ilmu Aisyah dikumpulkan
dengna ilmu seluruh para wanita lain, maka ilmu Aisyah lebih utama.” (Lihat
Al-Mustadrak Imam Hakim (4/11).
Berkata Atha’, “Aisyah adalah wanita yang paling faqih
dan pendapat-pendapatnya adalah pendapat yang paling membawa kemaslahatan untuk
umum.” (Lihat al-Mustadrok Imam Hakim (4/11).
Berkata Ibnu Abdil Barr, “Aisyah adalah satu-satunya
wanita di zamannya yang memiliki kelebihan dalam tiga bidang ilmu: ilmu fiqih,
ilmu kesehetan, dan ilmu syair”.
Keempat: Para
pembesar sahabat apabila menjumpai ketidakpahaman dalam masalah agama, maka
mereka datang kepada Aisyah dan menanyakannya hingga Aisyah menyebutkan
jawabannya.
Berkata Abu Musa al-Asy’ari, “Tidaklah kami kebingungan
tentang suatu hadits lalu kami bertanya kepada Aisyah, kecuali kami mendapatkan
jawaban dari sisinya.” (Lihat Shahih Sunan at-Tirmidzi (3044).
Kelima: Tatkala
istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi pilihan
untuk tetap bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengna
kehidupan apa adanya, atau diceraikan dan akan mendapatkan dunia, maka Aisyah
adalah orang pertama yang menyatakan tetap bersama Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bagaimanapun kondisi beliau sehingga istri-istri
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain mengikuti
pilihan-pilihannya.
Keenam: Syari’at
tayammum disyari’atkan karena sebab beliau, yaitu tatkala manusia mencarikan
kalungnya yang hilang di suatu tempat hingga datang waktu Shalat namun mereka
tidak menjumpai air hingga disyari’atkanlah tayammum.
Berkata Usaid bin Khudair, “Itu adalah awal keberkahan
bagi kalian wahai keluarga Abu Bakr.” (HR. Bukhari (334).
Ketujuh: Aisyah
adalah wanita yang dibela kesuciannya dari langit ketujuh.
Prahara tuduhan zina yang dilontarkan orang-orang
munafik untuk menjatuhkan martabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lewat
istri beliau telah tumbang dengan turunnya 16 ayat secara berurutan yang akan
senantiasa dibaca hingga hari kiamat. Allah Subhanahu wa Ta’ala mempersaksikan
kesucian Aisyah dan menjanjikannya dengan ampunan dan rezeki yang baik.
Namun, karena ketawadhu’annya (kerendahan hatinya),
Aisyah mengatakan, “Sesungguhnya perkara yang menimpaku atas diriku itu lebih
hina bila sampai Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tetnangku
melalui wahyu yang akan senantiasa dibaca.” (HR. Bukhari (4141).
Oleh karenanya, apabila Masruq meriwayatkan hadits
dari Aisyah, beliau selalu mengatakan, “Telah bercerita kepadaku Shiddiqoh
binti Shiddiq, wanita yang suci dan disucikan.”
Kedelapan: Barang
siapa yang menuduh beliau telah berzina maka dia kafir, karena Al-Quran telah
turun dan menyucikan dirinya, berbeda dengan istri-istri Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam yang lain.
Kesembilan: Dengan
sebab beliau Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyari’atkan hukuman
cambuk bagi orang yang menuduh wanita muhShanat (yang menjaga diri) berzina,
tanpa bukti yang dibenarkan syari’at.
Kesepuluh: Tatkala
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sakit, Beliau memilih
tinggal di rumah Aisyah dan akhirnya Beliau pun meninggal dunia dalam dekapan
Aisyah.
Berkata Abu Wafa’ Ibnu Aqil, “Lihatlah bagaimana
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memilih untuk tinggal
di rumah Aisyah tatkala sakit dan memilih bapaknya (Abu Bakr) untuk
menggantikannya mengimami manusia, namun mengapa keutamaan agung semacam ini
bisa terlupakan oleh hati orang-orang Rafidhah padahal hampir-hampir saja
keutamaan ini tidak luput sampaipun oleh binatang, bagaimana dengan mereka…?!!”
Aisyah meninggal dunia di Madinah malam selasa tanggal
17 Ramadhan 57 H, pada masa pemerintahan Muawiyah, di usianya yang ke 65 tahun,
setelah berwasiat untuk dishalati oleh Abu Hurairah dan dikuburkan di pekuburan
Baqi pada malam itu juga. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhai
Aisyah dan menempatkan beliau pada kedudukan yang tinggi di sisi Rabb-Nya.
Aamiin.
Related : Pengertian khiyar
G. Mutiara
Teladan
Beberapa teladan yang telah dicontohkan Aisyah kepada kita di antaranya:
·
Perlakuan baik seorang istri dapat membekas pada diri
suami dan hal itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi seorang suami yang akan
selalu ia kenang hingga ajal menjemputnya.
·
Hendaklah para wanita menjaga mahkota dan kesuciannya,
karena kecantikan dan keelokan itu adalah amanah Allah Subhanahu wa
Ta’ala yang harus senantiasa ia jaga dan tidaklah boleh dia
peruntukkan kecuali kepada yang berhak atasnya.
·
Hendaklah para istri mereka belajar dan mencontoh
keShalihan suaminya. Istri, pada hakikatnya adalah pemimpin yang di tangannya
ada tanggung jawab besar tentang pendidikan anak dan akhlaknya, karena ibu
adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.
Daftar
Pustaka
baca juga
0 komentar:
Posting Komentar